Peringati Hari Sumpah Pemuda SMKN 4 Tangsel Bekerjasama Dengan Polres Mengusung Slogan CEGAH TAWURAN (CETAR)

Deliksatu.com, Tangsel, Saat awak media menyambangi Sekolah SMKN 4 Kota Tangsel, tampak terlihat dimana saat perayaan hari sumpah pemuda ini dimaknai dengan berbagai kegiatan yang berbeda-beda sesuai maknanya. Semua siswa/i dengan kompak mengikuti jalannya upacara pengibaran bendera dengan penuh khidmat. Makna utama didalamya adalah persatuan dan kesatuan bagi seluruh pemuda pemudi bangsa indonesia, dalam mewujudkan arti dan makna dari perayaan sumpah pemuda tersebut.

Adapun kegiatan ini kita adakan melalui upacara pengibaran bendera diarea lapangan sekolah, kemudian juga lewat kegiatan-kegiatan lainnya, kemudian tadi yang update hari ini adalah sosialisasi pengarahan dari Polres Tangsel. Dimana mereka mengsosialisasikannya berkaitan dengan program dari Polres untuk menghindari dan mencegah tawuran antar sesama pelajar yang kita slogankan dengan nama CETAR (Cegah Tawuran) di kota tangsel, sehingga tawuran antar pelajar dapat diatasi dengan tertib, aman dan kondusif, Senin (28/10/2024).

Dalam wawancaranya dengan M.Akrom S.Pd, M.Pd selaku Kep.sek SMKN 4 beliau mengutarakan, Jadi di sini ada slogan juga untuk para remaja atau pelajar bersatu dengan membangun negeri yaitu selaras dengan visi misi sekolah kami, bagaimana pemuda ini mempunyai kompetensi, punya karakter dan punya kesadaran pribadi dan sosial. “Juga bagaimana sesama anak bangsa sesama pemuda yang merupakan penerus generasi ke depan itu, bisa sama-sama membangun dalam kaitan hubungan sosial. Mari kita jaga persatuan tetapi pada konteks pelajar bagaimana mereka berlomba-lomba meningkatkan kompetensinya lewat pembelajaran yang bermakna dihari sumpah pemuda ini”, “Ungkapnya.

Hal yang sama juga dituturkan olehnya, jadi bagaimana cara kalau kita bicara pendidikan itu kan ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu orangnya, gurunya, lingkungannya juga masyarakatnya Artinya kalau tiga hal itu tidak saling bekerja sama maka pendidikan agak kurang berhasil. Karena di sekolah walaupun selama 8 jam kita hanya sebatas mengawal anak-anak. “Yang mana berpengalaman pembinaan supaya mereka menghindari narkoba, menghindari perundungan atau bullying, apalagi juga pergaulan bebas, tetapi pada dasarnya ketika mereka kembali ke masyarakat mendapatkan lingkungan yang mendukung atau bahkan mungkin lingkungan yang memprovokasinya kita ke kembalikan kepada orang tuanya”.

Semakin canggihnya kemajuan teknologi digital, segala macam apapun maka apa yang sudah kita tanamkan selama 8 jam akan hilang begitu saja. Seperti pepatah mengatakan kepala setahun kepanasan diguyur hujan hanya seharian, “Tegasnya.

Jadi harapannya kami selaku insan pendidikan, mari kita sama-sama mendukung lingkungan sekolah dan masyarakat untuk sama-sama mendidik siswa yang berakhlak dan berguna bagi masyarakatnya. Karena kalau bicara lagi dengan namanya pendidikan, itu sebenarnya tanggung jawab semua pihak, tanggung jawab sekolah, tanggung jawab masyarakat dan tanggung jawab orang tua. Orang tua mungkin secara hubungan rasional pribadi pasti melindungi, mencegah anaknya untuk berbuat seperti itu,”Ucap M.Akrom.

Diakhir wawancara ia tambahkan, dimana sekolah hanya sebagai wadah menuntut ilmu dan universitasnya pendidikan pasti akan membentengi siswanya, supaya juga dapat menangkal hal seperti yang di maksud. “Namun semuanya hanya lingkungan tempat mereka yang kadang-kadang agak bebas. Karena lingkungan sebenarnya sudah sangat heterogen, apalagi kalau kita kaitkan dengan ada pihak-pihak tertentu dan pihak-pihak masyarakat untuk mengambil keuntungan pribadi. Jadi adanya OSIS termasuk didalamnya mudah-mudahan secara riil, bisa mengurangi atau bisa memfasilitasi energi remaja mereka. Supaya etika dalam menemukan lingkungan yang menggoda bisa diabaikan”.

Pesan pentingnya adalah dengan adanya Hari Sumpah Pemuda, saya berpesan kepada para siswa-siswi agar memaknai sumpah pemuda dengan menjaga persatuan dan kesatuan. Dimana bahasa juga menjadi pemersatu bangsa, lewat bahasa tanah air tetap terjaga dan stabilitas kekuatan bangsa dapat terjaga dari perkembangan jaman yang semakin dikuasai oleh orang yang ingin memecah belah sebuah negara. Intinya bagaimana mereka melihat orang-orang di luar sekolah kita dengan kekompakan dan keselarasan ragam dan budaya dapat bersatu demi tanah air tercinta indonesia, “Tutupnya.

(Gito Rahmad)