KOTA TANGERANG, Deliksatu.com – Festival Cap Go Meh di Kota Tangerang tahun ini berlangsung dengan penuh semarak, mengusung tema “Bersama dalam Moderasi Merajut Kerukunan Multikultural.” Perayaan ini digelar di Auditorium Vipassi Universitas Buddhi Dharma, dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, pemuka agama, dan pejabat daerah.
Salah satu sosok yang hadir adalah Ibu Dr. (H.C) Dra. Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M.Hum, Ibu Negara Republik Indonesia ke-4.
Ketua Badan Pengurus Perkumpulan Boen Tek Bio, Romo Dr. Ruby Santamoko, dalam sambutannya menegaskan bahwa Klenteng Boen Tek Bio merupakan salah satu simbol keberagaman budaya di Kota Tangerang.
Didirikan pada tahun 1684, klenteng tertua di Tangerang ini tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi etnis Tionghoa, tetapi juga memiliki peran historis dalam perkembangan sosial dan budaya masyarakat setempat.
“Klenteng Boen Tek Bio memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Letaknya yang dekat dengan Sungai Cisadane menjadi saksi perjalanan sejarah Kota Tangerang sejak berabad-abad silam.
Pembangunannya dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat lintas etnis dan hingga kini, bangunannya masih dipertahankan dalam bentuk aslinya sebagai warisan budaya yang harus dijaga,” ujar Dr. Ruby Santamoko.
Lebih lanjut, Dr. Ruby juga berharap agar perayaan Cap Go Meh ini tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya semata, tetapi juga mampu memperkuat nilai-nilai kebersamaan dan kedamaian.
“Perayaan Cap Go Meh bukan hanya sekadar perayaan akhir Tahun Baru Imlek, tetapi juga momentum untuk merajut kembali persaudaraan antar sesama. Semoga kebersamaan yang telah terjalin ini semakin erat, dan kita semua diberi kesehatan, kesejahteraan, serta hidup dalam suasana yang damai dan rukun,” tambahnya.
Keberagaman sebagai Kekuatan Bangsa
Dalam kesempatan yang sama, Ibu Dr. (H.C) Dra. Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menegaskan pentingnya persatuan dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.
Dalam sambutannya, beliau mengingatkan bahwa keberagaman bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan harus dirawat dan dijaga sebagai kekuatan bangsa.
“Hari ini, kita berkumpul di Festival Cap Go Meh di Kota Tangerang sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, terutama dalam menjaga persatuan dan kerukunan di tengah keberagaman yang ada. Kita semua harus memahami bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai etnis, budaya, dan agama. Kita harus saling menghormati, menghargai, dan bekerja sama untuk membangun bangsa ini,” ujar Shinta Nuriyah.
Beliau juga mengingatkan bahwa peran besar dalam menjaga keberagaman ini telah dimulai sejak era kepemimpinan almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang melalui kebijakan-kebijakan moderatnya memastikan bahwa masyarakat Tionghoa diakui sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
“Dengan Peraturan Presiden yang dikeluarkan oleh Gus Dur, saudara-saudara kita dari etnis Tionghoa diakui sebagai bagian dari bangsa ini. Tidak ada lagi diskriminasi, tidak ada lagi perbedaan dalam hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Oleh karena itu, mari kita lanjutkan semangat persatuan ini. Semoga kegiatan seperti Festival Cap Go Meh dapat semakin memperkuat persaudaraan dan kebersamaan kita di negeri ini,” tegasnya.
Komitmen Pemkot Tangerang dalam Menjaga Tradisi
Pj Wali Kota Tangerang, Dr. Nurdin, dalam sambutannya juga menekankan pentingnya menjaga keberagaman budaya yang telah menjadi bagian dari identitas Kota Tangerang. Menurutnya, Cap Go Meh bukan hanya perayaan komunitas tertentu, melainkan sudah menjadi bagian dari kebudayaan nasional yang harus terus dirawat dan dilestarikan.
“Perayaan Cap Go Meh adalah salah satu bukti bahwa keberagaman budaya di Kota Tangerang terus hidup dan berkembang dengan harmonis. Festival ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk mempererat hubungan antarwarga, membangun toleransi, dan menanamkan nilai-nilai kebersamaan.
Pemerintah Kota Tangerang berkomitmen untuk terus menjaga dan merawat keberagaman ini, agar tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas kota kita,” ujar Dr. Nurdin.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga budaya dan tradisi yang ada, serta menjadikannya sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan.
“Kota Tangerang akan semakin indah dengan pelangi budayanya. Mari kita rawat kebersamaan ini, karena hanya dengan persatuan, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik. Semoga Festival Cap Go Meh ini tidak hanya menjadi perayaan tahunan, tetapi juga menjadi simbol persaudaraan yang terus diwariskan kepada generasi mendatang,” tambahnya.
Kemeriahan Festival Cap Go Meh
Festival Cap Go Meh di Kota Tangerang diawali dengan berbagai pertunjukan budaya yang mencerminkan kekayaan seni Nusantara. Salah satunya adalah atraksi Barongsai yang memukau para pengunjung dengan gerakan lincah dan energik.
Selain itu, tarian khas Betawi, Tari Lenggang Cisadane, juga turut memeriahkan acara dengan gerakan yang dinamis dan penuh keceriaan.
Tidak hanya itu, berbagai kuliner khas perayaan Imlek juga tersedia di area festival, mulai dari kue keranjang, onde-onde, hingga berbagai sajian khas Tionghoa lainnya yang menjadi daya tarik bagi masyarakat yang hadir.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang perayaan budaya, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa keberagaman yang ada di Indonesia dapat menjadi kekuatan yang menyatukan.
Dengan semangat kebersamaan dan toleransi, perayaan Cap Go Meh tahun ini menjadi momentum penting untuk terus memperkuat persatuan dan menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.
*Semoga Festival Cap Go Meh di Kota Tangerang ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk terus merawat keberagaman dan menjadikan budaya sebagai perekat persatuan bangsa.*
Editor : Glend