Deliksatu.com – Tangerang Selatan
Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan.
Begitupun saat awak media online deliksatu.com berkunjung di SDN Perigi 01 Kota Tangerang Selatan, dimana terlihat kegiatan berbagai macam permainan tradisional tempo dulu, diperagakan oleh kaka pembina dari Komunitas Temen Main yang hadir di aula lapangan sekolah. Adapun peragaan permainan itu membuat anak-anak sangat antusias dan gembira menyambutnya, Rabu (26/07/2023).
Dijelaskan oleh Elis Nurhayati S.Pd M.Pd selaku Kep.sek SDN Perigi 01, Tangsel, bahwa “Kegiatan ini di adakan dalam rangka MPLS dan bekerjasama dengan Komunitas Temen Main. Tujuannya untuk memperkenalkan kepada anak-anak tentang permainan tradisional. Karena kita lihat saat ini, anak-anak sekarang ini banyak terfokus pada permainan yang modern pada gadget atau handphone dan mungkin mereka ada beberapa yang tidak mengenal sama sekali permainan yang tradisionalnya.”
Karena permainan tradisional ini merupakan bagian dari budaya, asset dan perlu di jaga dan dirawat dari sabang sampai merauke dengan kebudayaannya untuk kita lestarikan. Jadi saat inilah di MPLS ini saatnya kita perkenalkan kepada mereka semua. Yang mengikuti ini pesertanya dari kelas 1 dan kelas 6 dan kita bagi dua shift pagi dan siang, mengingat ruangan sekolah yang tidak mencukupi.
Ditambahkan oleh Elis Nurhayati selaku Kep.sek SDN Perigi 01, “Adapun manfaat yang dapat di rasakan oleh mereka adalah dapat bersosialisasi dan tidak individualisme, mengingat dimana era digitalisasi ini semua orangtua sibuk dengan gadgetnya. Jadi interaksinya antara mereka dengan orangtuanya sangat jarang sekali. Dipermainan ini kita ajarkan mereka stimulus responsif anak untuk saling menghargai, belajar antri, bersabar dimana budaya antri ini yang harus kita gaungkan sesuai dengan budaya indonesia, “Ujarnya.
Dari Komunitas Temen Main ini juga kita sisihkan sebagian dananya anak-anak untuk yang namanya Berinfaq. Sekolah tidak dikenakan biaya dengan mengundang kaka pembina dari Komunitas Temen Main ini. Tujuannya berinfaq agar anak-anak dapat perduli juga berbagi kepada sesamanya bagi yang kurang mampu.
Berhubung adanya relokasi untuk sarana dan prasarana pembangunan gedung sekolah dan banyak pekerja yang masih memugarnya jadi harap di maklumkan. Nantipun setelah selesai pemugaran baru kita akan galakkan kembali budaya hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya dan sesuai aturan sekolah yang harus di taati oleh anak-anak semuanya setiap harinya membawa tempat sampah untuk dibuang pada tempatnya. Moto disekolah kami yaitu BERSIMPATIK (Bersih Dari Sampah Plastik). Kedepannya sekolah kami akan mengikuti ajang lomba adiwiyata ke tingkat propinsi, “Tuturnya.
Diakhir penutup beliau juga menyampaikan, adapun pesan penting dan harapannya dari kegiatan ini adalah, “tanpa adanya dukungan dari orang tua murid, staff dan dewan guru juga dari lingkungan setempat RT dan RW, kami bukanlah apa-apa. Karena di saat nanti di event besar kegiatan tersebut pasti kami akan mengundang mereka semuanya. Dan harapannya semoga anak-anak kami menjadi anak-anak yang berkarakter. Sesuai dengsn budaya indonesia yang ramah, sopan santun, berbudi pekerti, kreatif, innovatif dan berakhlakul karimah dan juga cinta lingkungan, “pungkasnya.
Ditempat bersamaan Furqan selaku pembina dari Komunitas Temen Main juga menuturkan, “Teman main ini berdiri sejak tahun 2015 dan fokus kami adakan sampai sekarang ini di sejabodetabek. Dimana konsepnya dengan mengusung semua permainan tradisional yang dulu kecil sering kami lakukan. Seiring perkembangan jaman permainan tersebut sudah mulai dilupakan oleh anak-anak sekarang istilahnya “anak jaman now”.” Mereka sudah mulai asik dengan gadget dan handphone dengan game terbaru dan up to date, sehingga permianan yang dulu menjadi ciri khas budaya kita mereka lupakan,”ujarnya.
“Dengan hadirnya Komunitas Temen Main, kami berharap semoga mereka dapat mengasah kemampuan motoriknya, ketangkasannya, kecerdasan, sportifitas, kerjasama team, kejujuran, sosialisasi juga tidak individualis. Dan permainan ini perlu adanya kebersamaan dan kerjasama tidak dilakukan sendiri. Dan mereka merasa senang dan tanpa terbebani dengan hadirnya kami di sekolah mereka “
Ia tambahkan lagi, permainan ini jika di lihat akan banyak sekali manfaatnya, yaitu ada nilai-nilai karakter budaya indonesianya. Maka dari itu kami road show memperkenalkan dari setiap sekolah-sekolah ketempat yang lainnya. Alhamdulillah kita sampai juga di undang oleh kep.sek SDN Perigi 01 Tangsel, untuk memperkenalkannya. Bahkan diluar jabodetabek Komunitas Temen Main sudah ada kaka pembinanya disana,”Tegas Furqan.
Saat ini kami juga bergerak secara swadaya dalam perkembangan Komunitas Temen Main. Tidak menutup kemungkinan jika sponshorship baik ada dari pihak luar misalkan instansi pemerintah, swasta dengan proposal yang kami usung untuk perusahaan, corporate dan lembaga-lembaga yang mau bekerjasama. Nantinya juga akan kami berikan benefitnya ke pihak sponshorship untuk lebih ke branding produknya tersebut. Bahkan perusahaan juga terkait dari dinas perijinan yang mau bekerjasama, kami dengan senang hati akan menyambutnya dengan senang hati, “pungkasnya.
Komunitas Temen Main dapat dihubungi dan dilihat di website:
www.temenmain.org, permainantradisional.id
( Gito Rahmad )